
Samarinda – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyambut optimis target swasembada pangan dalam waktu enam bulan yang dicanangkan Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman. Namun, ia juga menekankan bahwa ambisi tersebut tak akan tercapai tanpa pembenahan menyeluruh di tingkat daerah.
“Kita ini punya sumber daya yang menjanjikan, tapi tak semua dimanfaatkan dengan serius. Target enam bulan itu bukan mustahil, tapi perlu kerja kolektif dan pembenahan strategi,” ujarnya, Sabtu (8/6/2025).
Ananda menyebut bahwa banyak kawasan pertanian di Kalimantan Timur masih belum tersentuh secara optimal. Ia menyoroti banyaknya lahan yang tidak produktif—yang sejatinya bisa menjadi modal besar jika digarap dengan pendekatan berbasis data dan teknologi.
“Paser, Kukar, Kutim—itu wilayah dengan lahan luas, tapi belum dimanfaatkan maksimal. Kita perlu pemetaan menyeluruh agar tahu di mana saja yang bisa segera diolah. Pemerintah harus punya peta jalan yang konkret,” jelasnya.
Lebih jauh, Ananda menekankan pentingnya melakukan analisis tanah sebelum proses penggarapan dilakukan. Menurutnya, tanpa mengetahui tingkat kesuburan dan karakteristik tanah, maka upaya pertanian bisa menjadi tidak efisien.
“Jangan asal tanam. Pertanian modern itu butuh riset. Kesesuaian tanah dengan komoditas harus dihitung agar hasilnya optimal,” katanya.
Selain itu, politisi muda dari PDI Perjuangan ini juga menyoroti tantangan demografis yang dihadapi sektor pertanian, terutama minimnya keterlibatan generasi muda. Ia menilai bahwa selama ini pertanian masih dianggap sektor tradisional yang kurang menarik.
“Anak muda jarang melihat pertanian sebagai peluang. Ini soal persepsi. Padahal, dengan kemajuan teknologi, pertanian bisa sangat menjanjikan secara ekonomi,” kata Ananda.
Sebagai langkah konkret, ia mendorong adanya pendekatan edukatif yang lebih atraktif kepada kalangan muda. Ia berharap pertanian bisa dikenalkan sejak dini sebagai sektor masa depan yang memadukan teknologi, inovasi, dan keberlanjutan.
“Kalau sejak awal mereka diperkenalkan dengan konsep pertanian digital, smart farming, hingga peluang ekspor hasil tani, saya yakin akan lebih banyak generasi muda yang mau turun ke sektor ini,” ujarnya.
Bagi Ananda, jalan menuju kemandirian pangan bukan sekadar wacana, melainkan soal kemauan politik, dukungan teknis, dan keterlibatan semua pihak—mulai dari petani lokal, pemerintah daerah, hingga generasi penerus.
“Kita tidak kekurangan potensi, kita hanya perlu keberanian untuk bertindak dan membuat perubahan. Saatnya berhenti bicara dan mulai menanam,” tutupnya.(adv)






