Burung Enggang: Ikon Keanekaragaman Hayati Kalimantan

- Jurnalis

Kamis, 1 Februari 2024 - 08:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, menyimpan harta karun keanekaragaman hayati yang luar biasa. Salah satu penghuni hutan hujan tropis yang paling mencolok adalah burung enggang, atau rangkong. Disebut juga dengan hornbill dalam bahasa Inggris. Burung ini bukan hanya menjadi ikon flora dan fauna Kalimantan, tetapi juga simbol budaya dan spiritual bagi masyarakat adat Dayak.

Keunikan Fisik dan Perilaku

Burung enggang dikenal dengan paruhnya yang besar dan melengkung, dihiasi dengan struktur seperti helm yang disebut “casque.” Ada sekitar 59 spesies enggang di dunia, dan Kalimantan menjadi rumah bagi 8 spesies di antaranya, termasuk enggang gading (Rhinoplax vigil) dan enggang badak (Buceros rhinoceros).

Burung enggang memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari 45 cm hingga lebih dari 1 meter, tergantung pada spesiesnya. Salah satu ciri khas yang menarik adalah suara ketukan atau panggilan nyaring yang bisa terdengar hingga beberapa kilometer di hutan lebat. Perilaku sosial burung ini juga menarik, terutama kebiasaan berpasangan seumur hidup dan pembagian tugas antara jantan dan betina dalam membesarkan anak.

Baca Juga :  Kalimantan: Surga Wisata yang Menanti untuk Ditemukan!

Habitat dan Distribusi

Hutan hujan tropis Kalimantan menyediakan habitat ideal bagi burung enggang. Mereka mendiami lapisan atas kanopi hutan, yang memberi mereka akses ke berbagai buah-buahan, serangga, dan hewan kecil lainnya yang menjadi bagian dari diet mereka. Enggang sangat bergantung pada hutan yang utuh dan tidak terganggu, menjadikannya indikator penting kesehatan ekosistem hutan.

Namun, deforestasi dan konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit telah mengancam keberlangsungan habitat alami mereka. Diperkirakan, lebih dari 30% hutan di Kalimantan telah hilang dalam beberapa dekade terakhir, membuat burung enggang berada dalam risiko tinggi.

Signifikansi Budaya

Bagi masyarakat Dayak, burung enggang bukan sekadar satwa liar; ia adalah makhluk spiritual. Enggang sering digambarkan dalam ukiran, tarian, dan ritual adat Dayak. Casque atau tanduk enggang bahkan digunakan sebagai hiasan kepala dalam upacara tertentu, simbol kekuatan, dan keberanian.

Mitos dan legenda lokal juga menceritakan tentang enggang sebagai utusan para dewa, membawa pesan antara dunia manusia dan dunia roh. Hubungan erat ini menjadikan konservasi burung enggang sebagai bagian integral dari pelestarian budaya Dayak.

Baca Juga :  Ekosistem Blue Carbon di Kaltara Mendapat Perhatian

Upaya Konservasi

Menghadapi ancaman deforestasi dan perdagangan satwa liar, berbagai organisasi lokal dan internasional telah bekerja sama untuk melindungi burung enggang dan habitatnya. Program konservasi berfokus pada restorasi habitat, patroli anti-perburuan, dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya menjaga keberagaman hayati.

Beberapa proyek juga melibatkan masyarakat adat dalam upaya pelestarian, memadukan kearifan lokal dengan pendekatan ilmiah modern. Misalnya, Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah menjadi salah satu kawasan yang gencar melaksanakan program konservasi burung enggang melalui pendekatan komunitas.

Burung enggang adalah salah satu harta terindah Kalimantan yang harus dijaga dan dilestarikan. Keberadaannya tidak hanya penting bagi ekosistem hutan hujan tropis, tetapi juga bagi warisan budaya masyarakat Dayak. Melalui upaya konservasi yang berkelanjutan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa burung enggang akan terus terbang melintasi langit Kalimantan, membawa kisah keindahan alam dan kebijaksanaan leluhur kepada generasi mendatang.

Berita Terkait

Loksado: Surga Tersembunyi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Ekosistem Blue Carbon di Kaltara Mendapat Perhatian
Kalimantan: Surga Wisata yang Menanti untuk Ditemukan!
Menjelajahi Pesona Wisata Kota Banjarmasin: Ibukota Seribu Sungai
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 30 Januari 2025 - 16:47 WIB

IKA PMII Kutim Salurkan 111 Paket Sembako untuk Korban Banjir Desa Sangatta Selatan

Rabu, 22 Januari 2025 - 13:38 WIB

Komisi II DPR RI Sepakati Pelantikan Kepala Daerah Terpilih pada 6 Februari 2025

Rabu, 15 Januari 2025 - 09:25 WIB

Anggota DPRD Kaltim dan DPR RI Gelar Reses di Balikpapan: Soroti Kelangkaan Gas Elpiji dan Masalah Tanah

Rabu, 1 Januari 2025 - 17:18 WIB

Berawal dari Hobi, Kini jadi Pengusaha Domba

Minggu, 10 November 2024 - 20:07 WIB

Sekolah di Kaltim Diminta Peduli Isu Kesehatan Mental

Kamis, 29 Agustus 2024 - 09:09 WIB

Golkar Resmi Dukung Andi Harun Tanpa Lawan di Pilwali 2024

Jumat, 9 Agustus 2024 - 08:44 WIB

Optimis Menang Isran Noor-Hadi Mulyadi dapat dukungan dari Demokrat

Kamis, 11 Juli 2024 - 17:21 WIB

FKUB Kutim Adakan Dialog Antar Agama untuk Harmoni Jelang Pilkada 2024

Berita Terbaru