
SAMARINDA – Kalimantan Timur kerap disebut sebagai daerah dengan potensi pertanian dan perkebunan yang melimpah. Namun di balik luasnya lahan dan kekayaan sumber daya, sektor ini ternyata menghadapi krisis yang lebih mendasar yakni keterbatasan sumber daya manusia (SDM).
Anggota Komisi I DPRD Kaltim, Salehuddin, menilai arah kebijakan pertanian selama ini masih terlalu terfokus pada pembangunan fisik, seperti infrastruktur dan bantuan alat, tanpa menyentuh akar persoalan, yakni kualitas SDM petani sebagai pelaku utama.
“Kita selalu bicara soal bibit, pupuk, dan alat. Tapi siapa yang mengelola? Kalau petaninya tidak disiapkan, semua itu cuma jadi tumpukan program tanpa hasil,” kata Salehuddin, Minggu (3/8/2025).
Politisi Partai Golkar ini menekankan bahwa ketahanan pangan membutuhkan investasi jangka panjang di sektor SDM. Menurutnya, pengembangan keterampilan teknis, akses teknologi pertanian, pelatihan manajemen usaha tani, hingga riset adalah fondasi utama untuk membangun pertanian modern.
“Pertanian sekarang bukan sekadar soal cangkul dan musim. Ini sudah era data, presisi, dan strategi. Petani harus didorong menjadi pelaku ekonomi, bukan hanya buruh lahan,” tegasnya.
Legislator dari daerah pemilihan Kutai Kartanegara ini menyebut, minimnya perhatian terhadap pengembangan SDM membuat sektor pertanian di Kaltim stagnan. Potensi besar yang dimiliki daerah akan sulit dimanfaatkan tanpa kesiapan tenaga kerja yang adaptif dan inovatif.
“Kalau SDM berkembang, produksi naik, petani bisa berinovasi. Kalau tidak, ya tetap saja jual hasil panen murah, hidup pas-pasan, dan tergantung cuaca,” imbuhnya.
Ia mendorong kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha dalam membangun ekosistem pertanian berbasis pengetahuan dan teknologi.
“Pemerintah harus mengubah pendekatan dari sekadar bantuan menjadi pemberdayaan. Jangan hanya bangga dengan potensi Kaltim, tapi strategi kita masih lemah,” ujarnya.
Salehuddin menutup pernyataannya dengan mengingatkan bahwa masa depan Kalimantan Timur ada di desa, di tangan para petani yang menjadi garda terdepan ketahanan pangan daerah. (adv)