Jakarta — Dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin tidak menentu, pemerintah Indonesia menyiapkan serangkaian paket kebijakan strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap ancaman perlambatan ekonomi dunia yang berdampak pada perdagangan, investasi, serta sektor keuangan nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa paket kebijakan tersebut akan mencakup berbagai instrumen fiskal, moneter, hingga penguatan sektor riil. Pemerintah menargetkan agar ekonomi domestik tetap tumbuh stabil di tengah tekanan global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik, fluktuasi harga komoditas, hingga kenaikan suku bunga global.
“Kami memahami bahwa ekonomi global saat ini menghadapi berbagai tantangan serius. Oleh karena itu, pemerintah tengah mempersiapkan langkah-langkah strategis yang sifatnya antisipatif, responsif, dan adaptif,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/5).
Ia menjelaskan bahwa paket kebijakan ini meliputi penguatan belanja produktif, percepatan realisasi investasi, stabilisasi nilai tukar rupiah, serta perluasan insentif fiskal bagi dunia usaha. Selain itu, pemerintah juga akan memperkuat program perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelompok rentan.
Langkah Kolaboratif Pemerintah dan Bank Indonesia
Tidak hanya dari sisi fiskal, kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) juga menjadi bagian integral dari paket kebijakan ini. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa pihaknya akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengelola inflasi dalam target yang telah ditetapkan, serta memastikan likuiditas pasar keuangan tetap memadai.
“Stabilitas ekonomi nasional memerlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, otoritas moneter, serta pelaku usaha. Kami akan memastikan bauran kebijakan moneter yang akomodatif namun tetap waspada terhadap risiko global,” tegas Perry.