
SAMARINDA – Kalimantan Timur dinilai berada dalam posisi rawan ketahanan pangan, khususnya dalam sektor pasokan daging sapi, akibat tingginya ketergantungan pada distribusi dari luar daerah. Ketua DPRD Kaltim, Hasanuddin Mas’ud, menilai kondisi ini sebagai ancaman serius yang membutuhkan terobosan berbasis potensi lokal.
“Ketahanan pangan kita bisa terganggu jika selalu bergantung pada pasokan luar. Harus ada langkah konkret agar peternakan sapi di Kaltim bisa mandiri,” ujarnya, Senin (4/8/2025).
Sebagai langkah awal, Hasanuddin mengusulkan pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pakan alternatif. Menurutnya, limbah dari industri perkebunan ini selama ini belum dioptimalkan, padahal berpotensi besar menekan biaya produksi peternakan.
“Limbah sawit itu sumber daya yang terabaikan. Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi pakan murah dan berkualitas,” kata politisi Partai Golkar itu.
Ia meyakini sinergi antara sektor peternakan dan perkebunan akan membentuk ekosistem ekonomi baru yang saling menguatkan. Pendekatan ini dinilai mampu meningkatkan produktivitas sekaligus membuka lapangan kerja di perdesaan.
DPRD Kaltim, kata Hasanuddin, mendorong pembentukan roadmap swasembada daging sapi melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan akademisi. Ia menekankan pentingnya keluar dari kebijakan lama yang terbukti tidak efektif.
“Swasembada daging di Kaltim itu sangat mungkin dicapai. Kuncinya kolaborasi dan keberanian berpikir di luar pola lama,” tegasnya.
Hasanuddin berharap pendekatan berbasis inovasi ini akan menjadikan peternakan lokal sebagai pilar utama ketahanan pangan, serta mengurangi ketergantungan pada pasokan daging dari luar yang kerap tidak stabil dan fluktuatif. (adv