Kutai Kartanegara — Desa Perangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar), kini mencatatkan prestasi membanggakan dalam pengembangan komoditas kopi lokal. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Fitriati, desa ini berhasil mengantarkan produk kopi lokalnya menembus pasar nasional hingga mancanegara dengan nilai jual yang sangat kompetitif.
Fitriati mengungkapkan bahwa saat ini warga Desa Perangat Baru telah mengembangkan lahan kopi seluas 35 hektare. Pemasaran produk kopi desa tidak hanya terbatas pada pasar lokal, melainkan juga telah masuk ke jaringan hotel-hotel berbintang seperti Mercure dan Ibis di Kota Samarinda. Selain itu, kopi Perangat Baru juga mulai diekspor ke pasar internasional.
“Pesanan terus meningkat. Bahkan beberapa hotel seperti Mercure dan Ibis di Kota Samarinda besar sudah menjadi pelanggan,” jelas Fitriati pada Rabu (23/04/2025).
Mengenai harga jual, Fitriati menjelaskan bahwa kopi luwak yang dijual langsung kepada wisatawan di lokasi kebun dihargai Rp4,25 juta per kilogram. Sementara untuk pasar ekspor luar negeri, harga kopi luwak tersebut dapat mencapai Rp5 juta per kilogram.
Dari sisi produksi, Fitriati menuturkan bahwa panen kopi biasanya berlangsung dua kali setahun, yakni pada bulan Agustus dan Februari, yang dikenal sebagai “musim merah”. Dalam satu musim panen, satu pohon kopi dapat menghasilkan hingga 5 kilogram biji kopi.
“Kalau untuk jenis kopi luwak, dari satu hektare bisa diperoleh sekitar 500 hingga 700 gram biji kopi per pagi. Dan, untuk satu hektare, bisa ditanami hingga 500 pohon kopi,” tambah Fitriati.
Dengan produktivitas tersebut, Fitriati optimistis bahwa usaha kopi di Desa Perangat Baru memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Ia menekankan pentingnya pengelolaan yang baik agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat.
“Kalau dikelola dengan baik, hasilnya luar biasa. Ini jadi peluang ekonomi besar bagi masyarakat desa,” pungkasnya.